Dino Patti Djalal, Dışişleri Bakanı Sugiono’nun Çalışma Yöntemini Eleştirdi


MANTAN Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal menyampaikan empat kritik dan saran untuk Menteri Luar Negeri Sugiono ihwal arah diplomasi Indonesia. Pesan ini disampaikan oleh Dino melalui unggahan video di akun Instagram pribadinya pada Ahad, 21 Desember 2025.

[–>

Okumaya devam etmek için aşağı kaydırın

Dino mengaku khawatir Kementerian Luar Negeri RI akan meredup dan diplomasi Indonesia merosot. Dia mewanti-wanti Menteri Sugiono berpotensi dicatat dengan nilai merah oleh sejarah.

[–>

“Saya membuat pesan ini sebagai sesepuh Kementerian Luar Negeri, sebagai pendukung politik luar negeri, sebagai ketua ormas hubungan internasional terbesar di Indonesia dan di Asia, dan juga sebagai rakyat,” kata Dino melalui akun @dinopattidjalal, dikutip pada Senin, 22 Desember 2025.

Tak hanya itu, dia juga menyebut bahwa dirinya sudah berkecimpung dalam dunia diplomasi selama hampir 40 tahun, baik di dalam maupun di luar pemerintahan. Dia berharap Sugiono tidak bersikap defensif dan menjadikan masukan darinya sebagai bahan refleksi.

[–>

Adapun berikut empat kritik dan pesan dari Dino untuk Sugiono:

1. Dino meminta Sugiono meluangkan waktu lebih banyak untuk memimpin Kementerian Luar Negeri

Dino menyebut idealnya Sugiono bisa mengurus Kementerian secara penuh. “Tapi minimal 50 persen, dan kalau bisa 80 persen,” kata Dino.

Ia menganalogikan Kementerian Luar Negeri seperti mobil Ferrari. Menurut Dino, Kementerian Luar Negeri merupakan salah satu lembaga terbaik di Indonesia yang dipenuhi oleh diplomat bertalenta.

Namun, mobil Ferrari itu hanya bisa berkinerja optimal apabila dikendarai oleh pengemudi yang piawai dan fokus. Dino mengatakan banyak Kedutaan Besar Republik Indonesia atau KBRI yang tidak mendapatkan arahan strategis dari pusat.

Bahkan, kata Dino, rapat koordinasi para duta besar tertunda hampir setahun. Banyak diplomat yang kinerjanya menurun karena anggarannya dipotong. “Banyak diplomat yang mengalami demoralisasi dan merasa tidak terdorong inisiatifnya karena merasa tidak akan direspons dari atas,” kata dia.

Dino mengaku mendengar banyak duta besar yang sulit menemui Sugiono ketika pulang ke Tanah Air. Ia menilai hal ini berisiko pada hilangnya kesempatan diplomasi Indonesia. Selain itu, hubungan bilateral Indonesia dengan negara sahabat juga berisiko menjadi tidak seimbang sehingga banyak disetir negara mitra.

Dino mengkhawatirkan Kementerian Luar Negeri yang selama ini dinilai sebagai pusat keunggulan lambat laun berubah menjadi institusi medioker. “Masalah ini bisa dianggap sepi sekarang, tapi bisa meledak di kemudian hari,” ujar Dino.

2.Dino ingin Sugiono berkomunikasi dengan publik mengenai langkah-langkah politik luar negeri Indonesia

Dino menyinggung ilmu dari Ali Alatas, Menteri Luar Negeri era Soeharto dan Bacharuddin Jusuf Habibie. Menurut Dino, Ali mengajarkan bahwa politik luar negeri dimulai dari rumah. Artinya, segala langkah diplomasi luar negeri akan percuma jika tidak dijelaskan, dipahami, dan didukung publik di dalam negeri.

“Lihat saja bagaimana Menteri Keuangan Purbaya dalam waktu singkat populer dan dihormati publik, karena ia rajin sekali memberikan penjelasan mengenai kebijakan keuangan negara,” kata dia.

Dino menyebut dalam satu tahun terakhir Sugiono belum pernah satu kali pun memberikan pidato kebijakan baik di dalam maupun di luar negeri. Sugiono, kata Dino, juga tidak pernah melakukan wawancara khusus dengan media mengenai substansi politik luar negeri, baik di dalam maupun luar negeri.

Selain itu, Dino menilai jarang ada penjelasan publik dari Sugiono mengenai langkah politik luar negeri Indonesia, selain pidato awal tahun yang telah menjadi tradisi Kementerian Luar Negeri. “Kami tidak ingin melihat Menlu Sugiono mendapat predikat sebagai silent minister,” kata Dino.

Dino menyoroti komunikasi Menlu Sugiono yang lebih banyak dilakukan melalui Instagram dengan foto dan video, tapi tanpa diisi suaranya. “Kami juga melihat Menlu semakin menjauh dan menutup pintu pada publik untuk urusan hubungan internasional,” ujarnya.

Dino menyinggung perhelatan Conference on Indonesia Foreign Policy. Ribuan pemuda dan mahasiswa Indonesia, kata Dino, datang dari berbagai provinsi khusus untuk mendengar pembahasan mengenai politik luar negeri.

Namun, ia berujar, semua surat, telepon, pesan WhatsApp, permohonan pertemuan dan lainnya sama sekali tidak direspons oleh Sugiono selama berbulan-bulan. “Pengalaman saya, menteri luar negeri negara mana pun, kalau mereka tahu ada konferensi luar negeri di negara mereka, apalagi sebesar ini, yang terbesar di dunia, mereka akan langsung membatalkan agenda lain untuk bertemu semua konstituen mereka,” ujar Dino.

Dino menginginkan Sugiono berubah dari menteri yang absen menjadi menteri yang hadir dalam urusan hubungan internasional di dalam negeri. Ia berharap Sugiono bisa secara rutin berkomunikasi dengan rakyat melalui pidato publik baik di dalam maupun di luar negeri. Menurut Dino, itulah tugas utama seorang menteri luar negeri.

“Kalau ini tetap tidak dilakukan maka Menlu dan Kemlu akan kehilangan wibawa dan kredibilitas, dan akan dianggap remeh karena dalam dunia diplomasi ini yang paling unggul adalah mereka yang paling vokal dan persuasif,” ujar dia.

3. Dino meminta Sugiono lebih banyak berhubungan dengan pemangku kepentingan internasional

Dino menilai hal ini konsisten dengan prinsip pemerintah yang melayani rakyatnya. “Sekarang ini kami sebagai konstituen hubungan internasional merasa Menlu Sugiono jauh sekali dengan kami, tidak komunikatif, tidak responsif, tidak terbuka aksesnya,” kata Dino.

Ia menyinggung prinsip yang dianut para menteri luar negeri terdahulu, yakni never burn your bridges atau jangan memutus hubungan dengan siapa pun. Menurut Dino, kepercayaan, rasa hormat, dan dukungan pemangku kepentingan tidak datang secara otomatis, melainkan harus diperoleh melalui upaya aktif. 

4. Dino berharap Sugiono bersikap terbuka untuk bekerja sama dengan akar rumput hubungan internasional

Ia menegaskan membantu Presiden Prabowo Subianto tidak berarti mengabaikan rakyat. Dino menilai keduanya justru saling menguatkan. “Saya paham tugas utama Menlu adalah untuk membantu presiden, tetapi ini tidak berarti memunggungi rakyat,” kata Dino.

Dino berpandangan bahwa dalam dunia diplomasi, inisiatif bisa datang dari rakyat maupun dari pejabat tinggi negara. “Jangan sampai ada kontradiksi di mana Menlu di forum internasional selalu menyerukan pentingnya kerja sama, tapi dalam kenyataannya sangat susah sekali diajak kerja sama,” kata Dino.

Dino Patti Djalal menutup pesannya itu dengan meminta maaf bahwa kritik itu disampaikan melalui sosial media. Musababnya, menurut Dino, seluruh jalur komunikasi langsung dengan Menlu Sugiono telah terblokir selama berbulan-bulan. “Kami tidak ingin hal ini terus berlangsung. Menlu Sugiono, remember you only have one shot at history,” kata Dino.



Kaynak bağlantısı