Birinci Gün Akademik Yetenek Testinin Uygulanması Hk.


SEBANYAK 43.967 sekolah menengah atas (SMA) dan sederajat di seluruh Indonesia menjalani tes kemampuan akademik atau TKA untuk pertama kalinya mulai Senin, 3 November 2025. Tes berstandar nasional ini dilaksanakan secara serentak dan diikuti oleh 3,5 juta siswa.

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Dasar Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Gogot Suharwoto mengatakan pelaksanaan TKA perdana ini digelar selama empat hari hingga Kamis, 6 November 2025. Untuk hari pertama, ada tiga mata pelajaran yang diujikan, yakni matematika, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.

Okumaya devam etmek için aşağı kaydırın

“Alhamdulillah tadi persis pukul 07.00 semua token sudah keluar. Kelas juga sudah kita cek, dan 10 persen dari perangkat sudah disiapkan sebagai buffer,” kata Gogot saat memantau pelaksanaan TKA di SMA Negeri 78 Jakarta, Jakarta Selatan, Senin, 3 November 2025.

[–>

Gogot mengklaim TKA ini tidak wajib diikuti oleh semua siswa. Menurut dia, semua pelajar yang mengikuti TKA saat ini berangkat dari kemauan masing-masing dan telah mendapat persetujuan dari orang tua. “Jadi intinya tes ini untuk memfasilitasi anak-anak, memastikan kompetensinya bisa terukur dengan standar seluruh Indonesia,” ujarnya. 

Kemendikdasmen Ingatkan Peserta TKA Tak Berbuat Curang

Kementerian Pendidikan mengingatkan peserta tes kemampuan akademik untuk tidak melakukan kecurangan maupun mencari bocoran soal dan jawabannya. Gogot Suharwoto mengatakan setiap paket soal dirancang secara acak dan diperbaharui setiap saat. Sehingga setiap siswa akan mendapatkan soal yang berbeda-beda. “Enggak mungkin ada soal yang sama. Jadi, kalau mencari-cari bocoran (soal dan jawaban) ke mana-mana malah capek. Enggak sempat untuk belajar,” kata Gogot.

Langkah Kementerian Pendidikan Siasati Kecurangan TKA

Untuk mencegah kecurangan dalam pelaksanaan TKA, pemerintah menyiapkan sejumlah cara. Gogot Suharwoto menjelaskan, setiap ruang kelas ujian akan diawasi oleh dua pengawas perwakilan dari dinas pendidikan. Selain itu, Kemendikdasmen juga menyiapkan forum pertemuan daring yang memantau kondisi dan situasi ruangan ujian secara real time.

Bagi peserta yang terbukti curang, kata Gogot, akan diberikan sanksi sesuai tingkat pelanggaran. Sanksi paling berat berupa diskualifikasi. “Walau saya kira kalau curang agak sulit, ya,” kata dia.

[–>

Pemberian sanksi terhadap peserta TKA diatur dalam Keputusan Mendikdasmen Nomor 95/M/2025 tentang Pedoman Pelaksanaan TKA. Di dalam Kepentusan Menteri itu, pelanggaran dalam pelaksanaan TKA dibagi menjadi tiga kategori. Yaitu, pelanggaran ringan, sedang, dan berat. Siapa pun yang terbukti melanggar aturan itu akan mendapatkan sanksi sesuai dengan kategori pelanggarannya.

Keputusan Menteri itu mengatur, bahwa peserta yang menyontek atau menggunakan alat bantu dalam menjawab soal TKA akan mendapatkan sanksi berupa pembatalan ujian pada mata pelajaran tertentu hingga sanksi  terberat adalah siswa akan diberikan nilai nol untuk semua hasil TKA.

Respons Kemendikdasmen Ihwal Dugaan Soal TKA Bocor di Hari Pertama

Kemendikdasmen akan menyelidiki dugaan kebocoran soal tes kemampuan akademik yang diujikan pada Senin, 3 November 2025. Sejumlah soal yang diduga soal TKA sebelumnya viral di media sosial. Soal itu diduga disebarkan oleh akun Tiktok @nurulnamanya melalui siaran langsung atau live streaming.

Dalam rekaman siaran langsung yang viral tersebut, akun @nurulnamanya tampak memperlihatkan soal-soal TKA yang ada di layar komputer secara real time. Tayangan itu ditonton lebih dari 18 ribu orang. 

Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikdasmen Toni Toharudin menjelaskan sebetulnya hampir mustahil terjadi kebocoran soal, apalagi melalui siaran langsung di media sosial semacam itu. 

Menurut dia, semua siswa sudah dilarang membawa ponsel atau alat perekam lainnya ketika memasuki ruangan ujian. “Sehingga nanti kami sedang menelusuri terkait dengan hal itu (siarang lansung kebocoran soal) di provinsi yang terjadi,” tutur Toni.

Apabila terbukti siaran langsung di Tiktok tersebut memang benar terjadi, Toni menegaskan maka tindakan tersebut jelas melanggar merupakan pelanggaran. Ia berujar Kemendikdasmen selanjutnya akan membawa kasus tersebut ke tingkat pusat untuk ditindaklanjuti. 

Kemendikdasmen Siapkan TKA Susulan bagi Peserta yang Tak Bisa Ikut Tes Sesuai Jadwal

Kemendikdasmen menyiapkan ujian susulan tes kemampuan akademik bagi siswa yang tidak bisa mengikuti tes sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Baik karena kendala teknis maupun masalah pribadi, seperti sakit.

“Bagi adik-adik yang belum bisa ikut di jadwal yang sudah ditetapkan, pemerintah menyediakan jadwal ulang. Silakan tetap komunikasi dengan dinas,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Dasar Kemendikdasmen Gogot Suharwoto di SMA Negeri 78 Jakarta, Jakarta Selatan, Senin, 3 November 2025. 

Adapun sesuai jadwal, TKA tingkat SMA dan sederajat berlangsung pada Senin, 3 November 2025 hingga Kamis, 6 November 2025. Sementara TKA susulan akan dilaksanakan pada 17-23 November 2025. Setelah itu, semua hasil TKA baru akan memasuki masa pengolahan nilai pada 24 November dan pencetakan sertifikat pada 24 Desember 2025.

Meski bisa mengerjakan soal belakangan dari peserta yang lain, Gogot mengingatkan agar para siswa yang ikut TKA susulan tidak mencari-cari bocoran soal.

Perangkat Komputer Sekolah Lebih Sedikit Dibandingkan Peserta TKA

Gogot Suharwoto mengakui tidak semua sekolah yang menggelar TKA memiliki perlengkapan tes yang memadai. Banyak peserta mengikuti tes kemampuan akademik dengan menggunakan perangkat laptop milik pribadi masing-masing.

Maka dari itu, pemerintah menyiapkan skema ujian luring bagi sekolah yang belum memiliki fasilitas komputer. “Tapi yang jelas semua berjalan, perangkatnya sudah ada. Memang kita punya data ya tidak 100 persen dilaksanakan daring. Ada sekitar sembilan puluhan sekolah lah yang offline,” kata dia.

Kepala Bidang SMA Dinas Pendidikan Jakarta Ali Mukodas mengatakan hampir semua satuan pendidikan di Jakarta memanfaatkan bantuan perangkat tambahan dari siswa. 

Alasannya, belum banyak sekolah di Jakarta yang memiliki perangkat komputer yang memadai. Ali menyebut rata-rata sekolah di Jakarta paling banyak hanya memiliki tiga lab komputer. “Nah, dua atau tiga lab itu paling isinya cuma 60 (komputer). kalau jumlah peserta mencapai 300, kan mau tidak mau menggunakan laptop,” tutur Ali. 

Dede Leni Mardianti berkontribusi dalam penulisan artikel ini. 



Kaynak bağlantısı