UMAT Kristiani bersukacita atas kelahiran Yesus Kristus pada Kamis 25 Desember 2025, Sang Juru Selamat. Perayaan hari Natal di Indonesia kali ini menjadi momentum refleksi yang mendalam.
[–>
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) bersama Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menetapkan tema Natal tahun ini ialah “Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga”. Tajuk ini diambil dari Matius 1:21-24.
Okumaya devam etmek için aşağı kaydırın
Ketua Umum PGI Pendeta Jacklevyn Manuputty menjelaskan bahwa tema ini berangkat dari keprihatinan atas berbagai persoalan yang dihadapi keluarga masa kini. Beragam kerentanan, di antaranya jerat pinjaman daring, judi online, kekerasan dalam rumah tangga, perceraian, hingga tekanan ekonomi, telah menggerus keutuhan serta kehangatan relasi keluarga.
[–>
Karena itu, kata dia, dalam perayaan kali ini, mereka berharap gereja-gereja bisa hadir secara konkret dalam mendampingi keluarga yang mengalami kesulitan, tanpa terbatasi oleh sekat-sekat denominasi. Kisah dalam Matius 1:21-24 juga menggambarkan bagaimana Allah menggenapi janji keselamatan-Nya melalui kelahiran Yesus dalam keluarga Maria dan Yusuf sehingga Yesus lahir ke tengah-tengah keluarga.
Ribuan Umat Mengikuti Misa Natal di Gereja Katedral Jakarta
Di ibu kota, Gereja Katedral Jakarta berhias dan menyiapkan sekitar 5.000 kursi untuk memfasilitasi Misa Natal yang digelar pada 24-25 Desember. Prosesi misa Natal 2025 di Gereja Katedral Jakarta diikuti ribuan umat dan berlangsung dalam empat sesi sejak malam hingga hari Natal, Kamis, 25 Desember 2025. Seluruh rangkaian ibadah berjalan aman meski sempat diwarnai cuaca buruk pada salah satu misa sore.
Kepala Hubungan Masyarakat Gereja Katedral Jakarta Susyana Suwadie menjelaskan, jumlah umat dalam setiap sesi bervariasi. Misa Pontifikal pukul 08.30 WIB diikuti sekitar 3.000 hingga 3.500 orang, sedangkan misa keluarga pukul 11.00 WIB dihadiri sekitar 2.000–2.500 umat.
[–>
“Adapun misa khusus lansia pada pukul 16.00 WIB diikuti sekitar 1.000 orang,” kata dia saat ditemui di Gereja Katedral Jakarta, Kamis malam, 25 Desember 2025.
Sementara itu, misa sore pukul 18.00 WIB menjadi salah satu sesi terpadat dengan jumlah umat yang hadir mencapai 2.000 hingga 2.500 orang.
Selain ruang utama gereja, sejumlah area lain seperti Plaza Maria dan Graha Pemuda turut digunakan untuk menampung umat yang hadir.
Susyana mengatakan hujan deras disertai angin kencang sempat terjadi saat misa pukul 18.00 WIB. Kondisi tersebut menyebabkan umat yang beribadah di area Plaza Maria harus dipindahkan ke lokasi yang lebih terlindung. “Umat mengikuti arahan petugas sehingga misa tetap bisa diselesaikan dengan baik,” ujar dia.
Cerita Lansia soal Misa Natal Khusus di Gereja Katedral
Adapun, Gereja Katedral Jakarta juga menggelar misa Natal khusus bagi umat lanjut usia. Misa ini ditujukan untuk memberikan ruang ibadah yang lebih aman dan nyaman bagi lansia di tengah kepadatan perayaan Natal, yang biasanya berlangsung sejak malam sebelumnya.
Sejumlah umat lansia menyambut positif penyelenggaraan misa khusus tersebut. Effie, 72 tahun, asal Jakarta Pusat, menilai pelaksanaan misa berjalan baik dan membantu umat lansia yang kerap kesulitan mengikuti misa Natal reguler.
“Secara keseluruhan membantu. Fasilitasnya juga sudah disediakan dengan baik,” kata Effie saat ditemui di kompleks Katedral, Jakarta, Kamis, 25 Desember 2025.
Hal serupa disampaikan Lani, 70 tahun, dari Sunter, Jakarta Utara. Ia mengatakan misa khusus membuat umat lansia tidak harus berdesakan dengan jemaat lain. Ia juga menilai akses prioritas dan tempat duduk di bagian depan sangat memudahkan kelompok lansia.
“Kalau yang ramai-ramai itu terlalu padat. Tadi agak sepi, jadi bisa masuk dengan enak,” ujarnya. Lani datang sambil mendorong kursi roda sang ibu yang berusia 92 tahun.
Lani menyoroti pentingnya dukungan fasilitas tambahan dan berharap pengelola gereja dapat menambah ketersediaan kursi roda bagi yang tidak memilikinya. Menurut dia, tidak semua umat lansia datang dengan alat bantu sendiri. “Kursi roda memang perlu disediakan. Kasihan kalau tidak punya,” katanya.
Anggota jemaat lansia lain, Mimi Susanti, 69 tahun, yang datang bersama ibunya, Erna, 91 tahun, berharap misa khusus umat lansia dapat menjadi agenda rutin setiap Natal. Ia menilai sebelumnya banyak orang lansia kesulitan mengikuti misa malam Natal yang mewajibkan pendaftaran dan berlangsung sangat padat.
“Harus ada lagi (tahun depan) karena banyak orang lansia yang tidak bisa ikut misa malam Natal,” ujar Mimi. Mimi merupakan warga asal Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
Sebagian Korban Bencana Sumatera Merayakan Natal di Pengungsian
Perayaan Natal 2025 cukup berbeda lantaran duka akibat bencana Sumatera masih menyelimuti. Mala berupa banjir dan tanah longsor meluas di 52 kabupaten/kota yang tersebar di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, pada akhir November 2025 lalu.
Satu bulan berselang, tiga provinsi di Pulau Sumatera bagian utara itu belum juga pulih. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Jumat, 26 Desember 2025, bencana itu mengakibatkan sekitar 1.135 orang meninggal dan setidaknya 173 orang masih dinyatakan hilang. Mala itu juga mengakibatkan lebih dari 150 ribu rumah serta ribuan fasilitas umum, kesehatan, pendidikan, dan jembatan rusak. Lebih dari 489.600 warga ketiga provinsi itu mengungsi.
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno membicarakan nasib pengungsi di Sumatera saat meninjau pelaksanaan misa di Gereja Katedral Jakarta pada malam Natal.
Pratikno bercerita masih banyak orang di berbagai wilayah yang berjuang menghadapi bencana, khususnya di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, pada momen Natal. “Ada yang merasakan merayakan Natal jauh dari rumah dalam segala keterbatasan, ada pula yang merayakan Natal dalam pengungsian,” kata Pratikno, Rabu, 24 Desember 2025.
Ia mengklaim pemerintah terus berupaya memastikan pelindungan korban bencana, pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, serta pemulihan infrastruktur yang rusak. “Pemerintah bekerja keras luar biasa,” tuturnya.
Pratikno yakin sukacita Natal tidak akan membuat masyarakat Indonesia memalingkan wajah dari para pengungsi. Sebaliknya, kata dia, momen Natal justru bisa menguatkan kepedulian antar-sesama.
Ucapan Natal Prabowo: Ajak Bersatu Hadapi Bencana Sumatera
Presiden Prabowo Subianto mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk tetap solid dan gotong royong. Hal itu disampaikan presiden dalam ucapan Natal dan Tahun Baru 2026.
Dalam unggahan foto berisi ucapan Natal di akun Instagram-nya, @prabowo, ia menulis bahwa Natal adalah momentum kasih, harapan, dan kepedulian terhadap sesama. Pada saat yang bersamaan, kata Prabowo, bangsa Indonesia juga tengah diuji oleh bencana alam yang membawa duka dan tantangan bagi saudara-saudari di Sumatera.
“Saya mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk terus memperkuat semangat gotong royong dan solidaritas, saling menolong, serta mengerahkan kemampuan terbaik kita sebagai bangsa yang tangguh karena persatuan,” tulis Prabowo dalam foto yang diunggah pada malam Natal, Rabu, 24 Desember 2025.
Kepala negara mengajak seluruh rakyat menjadikan momen ini sebagai sumber harapan dan bangkit bersama. Ia juga berharap damai Natal menyertai semua manusia dan tahun depan membawa kesehatan dan kekuatan bagi seluruh rakyat Indonesia.
“Selamat Natal dan Tahun Baru 2026. Semoga Tuhan Yang Mahakuasa selalu melindungi dan menyertai perjuangan kita,” kata Prabowo.
Pesan Natal Menteri Agama: Rawat Bumi Sebagai Bentuk Syukur
Menteri Agama Nasaruddin Umar memaknai Natal sebagai panggilan iman untuk merawat bumi. Hal ini disampaikan Nasaruddin dalam pesan Natal 2025.
Di hadapan krisis iklim dan kerusakan lingkungan, menurut Nasaruddin, setiap keluarga dipanggil untuk menjadi bagian dari solusi. “Iman harus menyentuh cara kita hidup. Mengurangi plastik, menanam pohon, menghemat energi—itulah bentuk syukur kita kepada Tuhan atas ciptaan-Nya,” kata Menteri Nasaruddin Umar, dikutip dari keterangan tertulis di laman resmi Kementerian Agama, Jumat, 26 Desember 2025.
Ia lantas mengingatkan bahwa Natal 2025 berlangsung di tengah duka bencana Sumatera. “Kekuatan Natal bukan pada kemewahan perayaan, melainkan pada keberanian untuk berbagi beban dengan mereka yang sedang terluka,” katanya.
Dani Aswara, Eka Yudha Saputra, Dede Leni Mardianti, dan Sultan Abdurrahman berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Pilihan Editor: Top Nasional: Babak Baru Konflik PBNU, Kemlu Tanggapi Dino
