Banten TB Eliminasyonunda Ulusal Referans Haline Geldi


INFO NASIONAL – Gubernur Banten Andra Soni menceritakan pengalamannya sebagai penyintas Tuberkulosis (TBC). Tak perlu takut dan malu, Andra Soni mendorong masyarakat agar memeriksakan diri dan membuktikan bahwa penyakit TBC bisa disembuhkan dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi obat.

“Saya dulu pernah menderita TBC dan sembuh setelah rutin minum obat selama enam bulan,” kata Andra Soni blak-blakan. “Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, tidak memandang status sosial. Karena itu, bila merasa memiliki gejala, segera lakukan pemeriksaan.”

Okumaya devam etmek için aşağı kaydırın

Pemeriksaan dini TBC menjadi salah satu gerakan dalam Program Temukan, Obati, Sampai Sembuh (TOSS) yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Banten. Andra Soni mengajak seluruh masyarakat Banten untuk aktif dengan semangat gotong royong dan kepedulian. “Mari bersama mewujudkan Banten bebas TBC dengan gaya hidup sehat, deteksi dini, dan kepatuhan berobat sampai sembuh,” ujar Andra Soni.

[–>

Pada Selasa, 11 November 2025, Wakil Menteri Kesehatan Benjamin Paulus Octavianus berkunjung ke Banten untuk mempelajari strategi daerah ini yang dinilai paling efektif dalam menangani TBC di Indonesia. Dia mengatakan, keberhasilan Banten dalam menemukan kasus TBC mencapai 93 persen.

Selain itu, persentase penanganan keluarga pasien TBC juga tertinggi, yakni 52 persen, jauh melampaui rata-rata provinsi lain yang masih di bawah 10 persen. Hasil pembelajaran dari Banten ini rencananya akan diadopsi dan diterapkan secara nasional pada 2026.

[–>

Andra Soni menyampaikan apresiasi atas kunjungan dan penghargaan dari Kementerian Kesehatan. Dia menyampaikan, tingginya angka temuan kasus TBC di Banten justru menunjukkan keberhasilan dalam deteksi dan pengobatan, bukan tingginya jumlah penderita. “Kita harus bangga, karena semakin banyak pasien ditemukan dan diobati sampai sembuh,” ujarnya.

Gubernur Banten Andra Soni (kiri) bersama Wakil Menteri Kesehatan Benjamin Paulus Octavianus di Kantor Wali Kota Tangerang, Banten, pada Selasa, 11 November 2025. DOK PEMPROV BANTEN

Keberhasilan Banten, menurut dia, merupakan hasil kerja sama antara pemerintah, tenaga medis, fasilitas kesehatan, dan masyarakat. Program Temui, Obati, Sampai Sembuh (TOSS) menjadi wujud nyata komitmen untuk melakukan upaya eliminasi TBC secara berkelanjutan hingga ke tingkat desa/kelurahan. “Kalau Banten bisa, Indonesia juga bisa. Bersama-sama kita wujudkan Indonesia bebas TBC,” ujarnya.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten, Ati Pramudji Hastuti menjelaskan, tingkat deteksi kasus TBC di Banten telah melampaui target nasional, yakni lebih dari 93 persen dari estimasi 50.298 kasus. Menurut dia, pencapaian ini merupakan hasil kerja keras kepala daerah sampai ke level lurah/kepala desa, serta beberapa pihak terkait, seperti organisasi profesi dan organisasi masyarakat, hingga kader TBC yang tersebar di seluruh desa/kelurahan.

“Setiap desa/kelurahan di Banten harus menjadi kelurahan/desa Siaga TBC dan memiliki sedikitnya lima kader TBC yang aktif melakukan penemuan kasus dengan cara jemput bola,” kata Ati.

Tak hanya itu, Ati melanjutkan, peningkatan akses dan kualitas layanan kesehatan bagi penderita TBC juga terus ditingkatkan, dan seluruh kabupaten/kota wajib memiliki inovasi layanan, seperti program Ngider TB, Grebek TBC, Ransel TBC, dan Keluarga Jaga dan Edukasi Tuberkulosis Anak (Kejedak). “Ini yang berkontribusi besar terhadap percepatan eliminasi TBC,” ucapnya.

Sebagai bentuk apresiasi, Kementerian Kesehatan akan memberikan penghargaan khusus pada peringatan Hari Kesehatan Nasional, sekaligus menyalurkan 24 unit alat portable rontgen untuk mendukung deteksi dini TBC di Banten. Bantuan juga diberikan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) untuk memperkuat fasilitas pelayanan dan pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) untuk diagnosis TBC di puskesmas.

Wamenkes Benjamin menilai Banten memiliki pencapaian pemberantasan TBC terbaik di Indonesia. Dia menyebut Banten sebagai satu-satunya provinsi yang mampu mencapai angka penemuan kasus dan terapi pencegahan di atas target nasional. “Pencapaian Banten luar biasa dan menjadi yang tertinggi di Indonesia,” ujarnya.

Benjamin menegaskan, pencapaian ini akan menjadi acuan pelaksanaan program nasional pemberantasan TBC 2026. Sebagai contoh, di Kota Tangerang, terapi pencegahan TBC telah mencapai 92 persen, jauh di atas target nasional sebesar 72 persen. Banten juga unggul dalam penanganan keluarga pasien TBC, yakni 52 persen anggota keluarga pasien turut mendapatkan terapi, angka yang jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata daerah lain yang masih di bawah 10 persen.

Menurut Benjamin, keberhasilan Banten adalah bukti kuatnya kolaborasi lintas sektor. Pemberantasan TBC bukan hanya tanggung jawab sektor kesehatan, tetapi menyentuh aspek sosial dan ekonomi masyarakat. “Karena itu, pemerintah pusat akan melibatkan berbagai kementerian dan lembaga, mulai dari Kementerian Sosial; Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman; hingga TNI dan Polri,” ujarnya.

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Keluarga dan Kependudukan, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Woro Srihastuti Sulistyaningrum turut mengapresiasi Provinsi Banten yang menjadi salah satu daerah dengan capaian terbaik dalam penanganan TBC. Menurut Woro, Banten merupakan provinsi dengan penemuan kasus tertinggi dan menempati posisi keempat nasional dalam keberhasilan pengobatan, yakni 84 persen, melebihi target nasional sebesar 81 persen.

“Kami apresiasi Provinsi Banten atas pencapaiannya yang luar biasa dan mudah-mudahan bisa ditiru daerah lain,” kata Woro. “Ini hasil kerja sama luar biasa antara pemerintah daerah dan masyarakat.”

Woro menegaskan, pemerintah terus memperkuat upaya eliminasi TBC melalui regulasi, sosialisasi, pelatihan, serta memastikan semua fasilitas pelayanan kesehatan, baik puskesmas maupun rumah sakit, menyediakan layanan pengobatan TBC secara gratis. “Pemerintah juga memperluas cakupan manfaat JKN agar TBC ditanggung penuh. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, perlu dukungan semua pihak termasuk akademisi, media, dan dunia usaha,” ujarnya.

Saat ini Indonesia menghadapi tantangan besar dalam penanggulangan TBC dan menempati urutan kedua beban kasus tertinggi setelah India. “Ini kondisi yang sangat memprihatinkan dan harus kita seriusi bersama. Kunci keberhasilan eliminasi TBC adalah menemukan semua kasus dan mengobatinya sampai tuntas,” ucap Woro.

Itu sebabnya, Woro melanjutkan, kolaborasi lintas sektor dan lintas pihak sangat penting untuk memutus penularan TBC. Gerakan Temukan, Obati, Sampai Sembuh (TOSS) TBC juga penting untuk dilakukan secara berkelanjutan. “Kita harus memastikan keterlibatan aktif semua pihak untuk bersama mengakhiri TBC,” ujarnya. (*)



Kaynak bağlantısı