Konut Sakinleri GEMPAR Yangın Azaltma Programının Faydalarını Deneyimlediğinde


INFO NASIONAL – Warga Kelurahan Cipinang Besar Utara merasakan manfaat program Gerakan Masyarakat Peduli Api dan Respon (GEMPAR). Berkat ketersediaan tabung alat pemadam api ringan (APAR), ledakan tabung gas di salah satu rumah, beberapa bulan lalu, berhasil dipadamkan dengan cepat sebelum merembet lebih besar.

“Rumah yang kena musibah milik seorang pedagang,” ujar Ketua RT RT 14 RW 7, Wahyudi Gunawan. “Begitu mendengar warga teriak ‘kebakaran!’, kami langsung mengambil tabung yang ada untuk memadamkan api, dan berhasil. Kami tidak perlu panggil petugas damkar (pemadam kebakaran) karena sudah bisa ditangani.”

Okumaya devam etmek için aşağı kaydırın

RT 14 saat ini memiliki empat tabung APAR. Dua tabung merupakan bantuan dari Pemerintah Provinsi Jakarta, dua lainnya dibeli oleh Wahyudi sejak lama. “Wilayah kami ini permukiman padat, rumah-rumah berimpit. Saya rasa kita harus waspada, karena itu sebelum ada program GEMPAR sudah beli dengan biaya sendiri,” ucapnya pada Jumat, 7 November 2025.

[–>

Selain kepadatan permukiman, kata Wahyudi, ada faktor lain yang membuat kawasan itu rawan: sering terjadi tawuran antarpelajar. “Saya pernah lihat anak-anak sekolah bertarung di dekat rumah. Kami khawatir kalau ada yang bawa bom molotov lalu lempar sembarangan bisa menimbulkan kebakaran,” tutur dia.

Program GEMPAR diluncurkan pada Mei silam oleh Gubernur Pramono Anung bersama Kepala Dinas Gulkarmat Bayu Meghantara. Sebulan kemudian, pada Juni 2025, Pemprov menerbitkan kebijakan “Satu RT Satu APAR” yang mewajibkan setiap rukun tetangga memiliki minimal satu alat pemadam api ringan sebagai sarana pertama penanggulangan kebakaran.

[–>

Program GEMPAR merupakan kebijakan berbasis komunitas yang diatur dalam Instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2025. Program ini menindaklanjuti amanat Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang peran masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran dini.

Pramono menegaskan GEMPAR bukan sekadar program teknis, melainkan gerakan sosial. “Kebakaran bukan hanya soal api, tapi soal kepedulian. Kalau warga saling jaga, risiko bisa ditekan,” katanya beberapa waktu lalu.

Senada, Bayu menyebut penanggulangan kebakaran di Jakarta yang luas tidak dapat sepenuhnya mengandalkan Disgulkarmart, kendati armada dan petugas terus ditambah. “Yang paling penting adalah membangun kesadaran masyarakat di lingkungannya sendiri,” katanya.

Gubernur Jakarta Pramono Anung meninjau dan menginspeksi peralatan penanggulangan kebakaran di lingkungan masyarakat RT 01/01, Kelurahan Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, pada Jumat, 9 Mei 2025. Dok. Pemprov Jakarta

Pasalnya, Bayu melanjutkan, masih banyak warga yang belum memiliki APAR di rumah. “Tantangan terbesarnya adalah membangun kesadaran itu. Banyak yang berpikir kebakaran urusan petugas damkar, padahal respons pertama justru menentukan,” ucap dia, dan berharap kewajiban memiliki APAR di tiap RT dapat menumbuhkan kesadaran seperti yang dimiliki warga RT 14 di Cipinang Besar Utara.

Sejak program GEMPAR dijalankan, Disgulkarmat telah mendistribusikan 10.668 tabung APAR ke30.516 RT (2.748 RW) di Jakarta. Selain itu, sekitar 4.016 aparatur sipil negara (ASN) Pemprov sudah memiliki APAR di rumah masing-masing, ditambah 2.460 warga umum yang membeli secara mandiri. “Totalnya, kami perkirakan ada lebih dari 17 ribu tabung APAR tersebar di setiap RT di Jakarta,” ujar Bayu.

Disgulkarmat menyadari mahalnya alat pemadam mandiri cukup mahal. APAR berstandar SNI dengan isi dry powder berukuran 3 kilogram dijual antara Rp700 ribu hingga Rp1,5 juta. “Itu belum termasuk biaya isi ulang,” ujar Bayu.

Karena itu, Disgulkarmat memilih bersikap persuasif dengan mendorong kepemilikan secara mandiri, terutama di kalangan ASN dan warga yang mampu, sembari tetap menyalurkan bantuan melalui anggaran APBD. Bantuan APAR itu disebar sesuai Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) yang telah dipetakan berdasarkan tingkat kerawanan.

Disgulkarmat juga menyiapkan program pengisian ulang gratis bagi APAR yang telah digunakan warga. Layanan ini dilakukan oleh suku dinas di setiap wilayah. “Kalau tabung sudah kosong karena dipakai untuk memadamkan api, bisa diisi ulang gratis. Kami yang datang langsung ke lokasi,” kata Bayu.

Untuk memastikan alat itu tidak sekadar menjadi pajangan, Gulkarmat mengadakan pelatihan rutin di tingkat RT dan RW. Melalui kegiatan yang dibiayai APBD maupun non-APBD, petugas mengajarkan cara penggunaan APAR yang benar dan simulasi menghadapi kebakaran. “Kami ingin warga tidak panik ketika melihat api. Sekecil apapun, harus tahu langkah pertama apa yang dilakukan,” ujarnya.

Efeknya mulai terlihat. Data Disgulkarmat menunjukkan, dari 1.184 kejadian kebakaran di Jakarta, 264 di antaranya berhasil dipadamkan warga secara mandiri menggunakan APAR. Angka itu setara dengan 22,29 persen dari total kejadian. “Itu bukti bahwa upaya edukasi dan distribusi alat mulai membuahkan hasil,” kata Bayu.

Wahyudi membenarkan pernyataan tersebut. Ia menuturkan, setiap kali ada kebakaran di lingkungannya, warga kini tak lagi panik. Mereka sudah tahu di mana letak APAR disimpan dan bagaimana menggunakannya. “Petugas damkar juga rutin datang memberi pelatihan. Kami latihan langsung cara pegang dan semprotkan tabung,” katanya.

Bagi warga RT 14, program ini lebih dari sekadar pembagian alat. Petugas Gulkarmat bahkan menyediakan layanan isi ulang gratis bagi tabung yang sudah habis digunakan. “Mereka datang langsung ke lokasi. Kami tidak perlu repot bawa ke kantor damkar,” ujar Wahyudi. “Kalau isi sendiri, biayanya bisa lebih dari Rp300 ribu.”

Ia berharap program ini terus berlanjut, karena manfaatnya sangat terasa di lingkungan. “Sekarang warga lebih tenang,” kata Wahyudi. “Kami tahu harus berbuat apa kalau api tiba-tiba muncul. Setidaknya, kami tidak lagi takut menghadapi musibah.” (*)



Kaynak bağlantısı