Cakartalı Genç Film Yapımcıları | tempo.co


KOTA SINEMA — Di balik geliat industri film Jakarta, pendidikan menjadi fondasi penting yang menjaga regenerasi tetap hidup. Di kota ini, jalan menuju dunia sinema tak tunggal. Ada yang menempuh jalur akademik di kampus film, ada pula yang belajar dari ruang komunitas dan kelas-kelas kecil yang tumbuh di berbagai sudut kota.

Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (FFTV-IKJ) menjadi salah satu pintu utama bagi mereka yang ingin mendalami dunia perfilman secara formal. Kampus yang berakar dari Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta ini berdiri sejak 1970 atas prakarsa Gubernur Ali Sadikin. Dari sini lahir banyak nama yang kemudian mewarnai perfilman nasional.

Okumaya devam etmek için aşağı kaydırın

Pendiri komunitas Forum Lenteng, Hafiz menyebut IKJ merupakan satu-satunya lembaga pendidikan film formal yang ada di Indonesia. “Bisa dibayangkan hampir 30 tahun lebih tak ada sekolah film selain IKJ,” kata dia.

[–>

Setelah reformasi, barulah muncul sekolah film formal lainnya. Sebut saja dua yang cukup populer yakni Binus University dan Universitas Multimedia Nusantara. Keduanya berlokasi di Tangerang Selatan.

Staf pengajar Program Kajian Film di Binus University, Ekky Imanjaya, mengungkapkan di kampusnya ada program magang. “Kadang-kadang mengundang orang industri untuk datang. Dan katanya industri film itu perlu juga banyak SDM film.”

[–>

Namun belum banyak data menampilkan jumlah lulusan pendidikan formal ini yang terserap di dunia industri. “Apakah karena sebagian sudah mulai ke platform TikTok, Youtube, dan lain-lain? Atau terjun ke podcast atau televisi? Itu juga perlu riset tersendiri,” tutur Ekky.

Salah satu lulusan Binus University yang mulai diperhitungkan di jagat sinema adalah Ryan Adriandhy , sutradara Jumbo, film animasi yang ditonton lebih dari 10 juta orang di bioskop.

Dia memang dari jurusan animasi, jadi paham soal penyutradaraan,” tutur Ekky. “Sama seperti Juki atau Faza Meonk. Dia alumni Binus juga.” Faza Meonk adalah sutradara dan kreator karakter komik si Juki. Sosok ini sempat diangkat ke layar lebar dengan judul Si Juki the Movie: Harta Pulau Monyet.

Belajar di Jalur Informal

Banyak insan film yang ternyata bukan berasal dari jalur pendidikan formal. Sebut saja Haqi Achmad, penulis skenario yang belakangan kerap bekerja bareng sutradara Hanung Bramantyo ini mengaku pernah ikutan berguru pada komunitas Wahana Penulis di awal 2010.

Itu cikal bakal Wahana Kreator. Dulu kita ada jadwal kumpul setiap minggu buat belajar. Terus dapat proyeknya serial televisi. Pengajarnya mas Salman Aristo dan istrinya mbak Gina S. Noer,” ujarnya pada Selasa, 11 November 2025. Wahana Kreator Nusantara adalah lembaga pengembangan kreator dan inkubator ide cerita yang didirikan oleh sineas Salman Aristo.

Haqi tidak sendirian, dia menyebutkan beberapa nama teman seangkatannya, mulai dari Hanan Novianti, Ifan Ismail, Bagus Bramanti, hingga Rino Sarjono. Ternyata jalan yang mereka lalui terhitung lumayan lancar. Karena saat ini masing-masing sudah mulai dikenal sebagai penulis skenario yang produktif.

Beberapa skenario film Haqi yang ditulis untuk sutradara Hanung Bramantyo tahun ini muncul di bioskop, antara lain ada Rahasia Rasa dan Cinta Tak Pernah Tepat Waktu. Sementara Hanan Novianti menulis menulis La Tahzan dan yang sedang syuting ada remake film Iran, Children of Heaven.

Saat ini Wahana Penulis tak lagi sekadar tempat belajar menulis, melainkan ruang untuk menempa calon penulis skenario film, serial, dan konten audiovisual. Dari kelas intensif yang fokus pada struktur, karakter, dan teknik penulisan profesional, lahir banyak penulis muda yang membawa semangat baru ke dunia penulisan cerita.

Program andalannya ada Kelas Skenario 101: Struktur & Beat yang Menarik dengan pengajar Arief Ash Shiddiq. Dikenal banyak menulis skenario film layar lebar, Arief menjelaskan kelasnya digelar dalam 5 sesi. “Kita mengadakan setiap akhir pekan, sekitar sebulan deh,” katanya.

Tentu saja bukan hanya program 101, Arief menyebutkan pihaknya mengembangkan juga program lainnya. “Semacam spin-off 101. Ada kelas penulisan genre, penulisan teori struktur naratif, hingga elemen skenario seperti karakter dan setting,” ujarnya. Wahana Penulis juga kerap dirangkul pemerintah untuk menggelar program khusus penulisan.

Forum Lenteng, komunitas yang lebih dikenal kerap menggelar nonton bareng film-film indie, ternyata juga menyediakan pelatihan dan workshop. Pesertanya datang dari berbagai pelosok tanah air. “Ada yang dari Padang, dari Palu, bahkan dari Papua,” ucap Hafiz, salah satu pendiri forum.

Pendidikan yang harus dijalani peserta bisa mencapai enam bulan. Forum Lenteng menyediakan kamar-kamar sederhana di lantai 3 bangunan mereka. “Nanti mereka kembali ke kampung halaman, bikin karya sendiri di sana dan membuat kolektif sendiri dengan berbasis pengetahuan,” lanjut Hafiz.

Dikutip dari akun Instagramnya, salah satu program andalan Forum Lenteng adalah Milisifilem Collective yang berangkat dari ide belajar dan bekerja bersama. Peserta akan menyelami aneka kemungkinan eksperimentasi visual dan membangun kedisiplinan kolektif dalam memproduksi karya-karya visual.

Di kawasan bisnis Jakarta juga ada lembaga pendidikan perfilman informal yang didirikan sejak 1982, yakni Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Citra PPHUI. Sejak 2019, namanya diganti menjadi Citra Film School. Institusi ini di bawah naungan Yayasan Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (YPPHUI).

Dulu pernah dibuat penjurusan, seperti penyutradaraan, editor, dan lainnya. Ternyata ada yang ramai dan ada yang sepi peserta. Akhirnya diganti seperti yang ada sekarang,” ucap salah satu staf pengajar Wiendy Widasari ketika dikontak Kamis, 13 November 2025.

Sekarang ada dua macam program yang diselenggarakan, masing-masing Kelas Film Profesional dengan durasi 6 bulan dan Kelas Film Singkat dengan 5 kali pertemuan. Staf pengajarnya berlatar belakang insan film seperti sutradara dan produser.

Di sini para peserta tidak hanya belajar bikin film, namun juga bisa belajar dari pengalaman mentornya yang umumnya orang film,” ucap Wiendy. (*)



Kaynak bağlantısı